Thursday, December 4, 2008

TINDAKAN KECIL TIDAK DIKENAL - Posted by Gede Prama on 2006-04-05

Di kota Liverpool Inggris, tempat John Lennon
melahirkan kelompok musik
yang pernah merubah sejarah dunia, saya pernah
mengalami sebuah pengalaman
kemanusiaan yang amat menyentuh. Setelah antre cukup
lama di kantor
imigrasi, guna memperpanjang visa isteri saya,
lebih-lebih setelah
mendengar orang di antrean depan ditanya dan dimaki
sana-sini, hati ini
sempat kecut juga. Belum lagi ditambah dengan stok
tiket return yang
batasnya hari itu juga. Plus tidak ada uang untuk
menyewa hotel kalau
terpaksa menginap.

Begitu cekaknya keuangan, bekalpun membawa dari kota
Lancaster yang
berjarak sekitar empat jam perjalanan kereta api.
Sesampai di depan
petugas, saya terangkan maksud kedatangan saya.

Ketika petugas tahu, bahwa visa yang mau diperpanjang
adalah visa
isteri, ia
bertanya apakah saya membawa akte pernikahan. Busyet,
saya lupa
membawanya.
Kalaupun saya bawa, pasti ia tidak mengerti karena
dalam bahasa melayu.

Saya sudah siap-siap mental dimaki sebagaimana orang
Pakistan di depan,
atau disuruh kembali lain waktu. Tiba-tiba saja saya
ingat lagu John Lennon
yang berjudul Imagine, yang bertutur mengenai mimpi
John tentang kehidupan
manusia yang tanpa agama, bangsa dan atribut lain yang
memisahkan.

Di tengah lamunan akan John Lennon tadi, tiba-tiba
saya dikejutkan oleh
suara petugas imigrasi yang menemukan kata Bali
sebagai tempat lahir
isteri saya di pasport. Dengan ekspresi yang amat
bersahabat ia bertanya, di
bagian mana dari Bali ia lahir, apakah kami sekeluarga
senang tinggal di
Inggris, dan sederetan pertanyaan yang sangat
menghibur.

Ketika saya tanya balik, kenapa ia demikian bersahabat
setelah tahu kami
dari Bali , petugas tadi menceritakan pengalaman
pribadinya yang pernah
ditolong orang Bali , ketika mengalami kecelakaan saat
berwisata di pulau
dewata ini. Singkat cerita, semua urusan menjadi beres
hanya karena ada
kata Bali di pasport.

Mirip dengan pengalaman di Liverpool , di Manchester
saya juga pernah
diselamatkan nasib baik. Setelah menempuh penerbangan
dari Paris yang
melelahkan, saya ikuti saja antrean manusia yang ada
di depan guna
diperiksa imigrasi. Setelah pegal berdiri setengah
jam, dan akan memperoleh
giliran bertatap muka dengan petugas imigrasi, baru
saya tahu walau saya
antre di tempat yang keliru. Sebagai warga Indonesia ,
saya antre di tempat
yang ditujukan untuk warga masyarakat Eropa.

Padahal, pesawat berikut ke tempat lain mesti take off
kurang dari sejam
lagi.

Saya sudah pasrah, what will be, will be.
Pertama-tama, tentu saja
petugasnya cemberut melihat tampang saya. Lebih-lebih
setelah melihat
passport yang berisi gambar burung garuda. Namun,
karena kesabaran
petugas, dibuka juga itu passport sambil bertanya, di
mana saya tinggal
selama di Inggris.
Setelah saya jawab dengan sebutan desa Galgate di
pinggiran kota kecil
Lancaster , tiba-tiba wanita di depan saya wajahnya
sumringah. Dengan
akrab dia bercerita tempat lahirnya.

Penduduk desa kecil yang amat bersahabat. Buah apel
yang bisa dipetik
siapa saja oleh penduduk desa Galgate. Orang-orang tua
jompo yang penuh
senyum dan persahabatan tanpa pamrih dan masih banyak
lagi yang lain. Dan,
tiba-tiba saja petugas imigrasi ini minta saya
menunggu sebentar,
sementara ia pergi membawa passport saya ke counter
lain.

Tidak lebih dari tiga menit, ia sudah mengembalikan
passport saya
lengkap dengan stempel imigrasi. Sambil berpesan :
sampaikan salam kangen
saya buat penduduk desa Galgate.

Boleh percaya boleh tidak, saya mengalami
kejadian-kejadian seperti ini,
dalam frekuensi yang cukup sering. Sejumlah rekan
Tionghoa yang mengerti
petunjuk hoki, menyebut saya manusia hoki karena
bentuk hidung, telinga
dan dagu yang cocok dengan ciri-ciri hoki. Sebagai
manusia biasa, saya
memang memiliki banyak kekurangan. Disebut sering suka
cerita yang porno dan
jorok. Suka 'ngompol' (ngomong politik).

Berteriak kalau lagi marah besar di rumah. Wika, Adi
dan Suci adalah
manusia-manusia yang paling tahu daftar kekurangan
saya. Akan tetapi,
sejak umur yang sangat kecil, saya dibiasakan oleh
seorang kakak, untuk
mengumpulkan daftar tindakan-tindakan kecil yang tidak
bernama.

Tidak dikenal. Tidak dihitung. Namun, berguna buat
alam dan orang lain.

Bukan pada tempatnya, kalau saya membeberkan daftar
tindakan- tindakan
saya di kolom ini. Yang jelas, ada semacam kesegaran
dalam jiwa, sesaat
setelah melakukan tindakan-tindakan tidak dikenal dan
tidak bernama.
Kepala yang pusing, tiba-tiba jadi membaik. Kantong
cekak yang membuat
dahi
berkerut, berubah menjadi ucapan terimakasih ke Tuhan.
Isteri yang tadinya
kelihatan seram jadi lembut dan cantik.

Banyak hal bisa berubah setelah melakukan
tindakan-tindakan model
terakhir.

Saya tidak tahu, apa ini sebuah sugesti, atau ada
tangan-tangan kekuatan
alam yang membuatnya demikian. Yang jelas, alam bisa
demikian perkasa
dan bertahan lama, karena bergerak dalam siklus
memberi, memberi dan
memberi.

Rumput hijau memberi kesejukan. Matahari membawa
energi. Air menghadirkan
kehidupan. Adakah mereka membutuhkan imbalan lebih?

Belajar dari ini semua, saya berusaha untuk mematikan
keran di tempat
umum yang lupa ditutup orang lain. Membukakan pintu ke
orang lain yang tidak
dikenal di lokasi-lokasi publik. Mengembalikan posisi
pohon yang roboh.
Mengubur kucing yang mati digilas mobil orang.

Bagaimana dengan Anda?

1 comment:

Hacanime said...

Menarik gan
Download film https://kota-film.blogspot.com